Minggu, 19 April 2009
Penting untuk Para Pelatih / Dirigen Koor
Hal-hal Penting untuk diperhatikan
Para Dirigen dan Kelompok Paduan Suara
PUMR 53 Melarang teks Kemuliaan tradisional diganti dengan teks apa pun. Hal ini merupakan upaya gereja untuk mempertahankan kekayaan musik dari masa ke masa., melestarikan tradisi Romawi. Teks tradisional ini, sudah ada sejak abad II. (lihat. Lagu Kemuliaan pada Misa Raya, Misa Lauda Sion, Misa Kita II, Misa Kita IV, Misa Menado, Misa Sunda, Misa Te Deum, Misa De Angelis, dan beberapa yang lain. Sehingga Ordinarium untuk Misa Senja, Misa Syukur, Misa Dolo-Dolo pada bagian Kemuliaan-nya tidak diperkenankan dinyanyikan menggantikan ritus Kemuliaan. Lagu Kami Memuji, Pujilah Tuhan tetap boleh dinyanyikan misalnya untuk Pesta Tritunggal Maha Kudus. (lht Bk. Lakukanlah Ini, hal.38)
Doa Bapa Kami atau lagu Bapa Kami, diharapkan mengambil teks doa yang resmi (seperti TPE 2005), tanpa diakhiri kata AMIN. Kalau dinyanyikan, irama yang cocok adalah yang bernada meditatif, seolah mengajak untuk merenungkan setiap kata dan kalimat dari doa itu. (lht. Bk. Lakukanlah Ini, hal. 108-110). Contoh kesalahan ini ada pada lagu Bapa Kami Piliphina. Sebenarnya ungkapan Amin merupakan tanggapan atas doa atau pernyataan yang dibawakan oleh pemimpin ibadat. Maka jika doa itu dinyatakan secara bersama-sama, ungkapan Amin tidak diperlakukan dengan semestinya.
Aklamasi, Prefasi dll, (nyanyian yang merupakan dialog dengan Imam) jawaban umat hendaknya tetap dikomando oleh dirigen dengan penuh semangat, agak cepat sedikit dari biasanya yang rata-rata di gereja agak melambat. Organis juga hendaknya mengiringi di bagian jawabannya saja. Apalagi jawaban umat untuk kata Amin, hendaknya dirigen dan koor memelopori jawaban tersebut dengan penuh semangat, sehingga mendorong umat untuk menjawab dengan tegas, tanpa kesan saling menunggu. (lihat TPE. Hal 12, 20, dst)
_
5 5 6 atau 1 1
A-min A - min
Actuosa Participatio ; (partisipasi aktif umat), hendaknya paduan suara ikut mendorong partisipasi secara aktif umat baik dalam bernyanyi dan berdoa. Pilihan lagu untuk ibadat juga akan sangat mempengaruhi keaktivan umat. Harus dihindari kesan umat hanya jadi penonton dalam perayaan ekaristi kudus. Memang tidak setiap lagu baik propium atau ordinarium, umat harus terlibat bernyanyi semua. Namun dengan adanya partisipasi umat dalam bernyanyi secara menyeluruh akan membuat suasana ibadat semakin lebih meriah, dan mengesankan. Bahkan apabila diperlukan ada lagu-lagu yang umat perlu bernyanyi, dan umat belum begitu mengenal lagu tersebut, maka perlulah dilatihkan dahulu 10 menit sebelum perayaan ekaristi dimulai.
Lagu ANAMNESE (lihat TPE hal. 52) dengan syair: Wafat Kristus kita maklumkan dst. Lagu anamnese ini tanpa AMIN, maka dirigen, koor, dan organis harus mempelopori agar umat tidak sampai menuju kata AMIN, dengan cara memperlambat kata / k i t a r i n d u k a n / (rit…., dengan agak melembut).
Lagu ANAMNESE 5 (lihat TPE hal. 54) Tuhan, Engkau telah wafat dst. Dalam prakteknya justru kata sudah wafat. Hendaknya dirigen dan koor mulai juga melatihkan kata telah wafat. (meski artinya sebenarnya sama, tapi kata Telah, lebih berkesan menghaluskan daripada kata sudah, coba bandingkan dan bacakan dalam hati : Sudah meninggal dengan tenang …., dan Telah meninggal dengan tenang….)
Lagu Komuni, paduan suara hendaknya menyanyikan lagu yang bertema ungkapan sukacita persekutuan dengan tubuh dan darah Kristus, atau instrumentalia dimainkan oleh organis yang bisa menciptakan suasana DOA bagi umat secara pribadi, sehingga suasana yang tercipta adalah tenang, damai dan tetap khidmat. Hindari lagu yang terkesan ramai yang bisa memancing umat untuk tepuk tangan secara spontan. Kalau perlu setelah Komuni, ada waktu yang cukup untuk mengajak umat menyanyikan madah syukur yang tematis
Nyanyian Maria sebaiknya tidak digunakan dalam perayaan Ekaristi, karena tema nyanyian harus sesuai dengan tema yang sesuai dengan bacaan-bacaan hari itu. Mis. Lagu Maria tidak bisa menggantikan lagu Persembahan. Nyanyian Devosional (Maria) dapat dinyanyikan pada misa khusus dan pada bagian-bagian tertentu
Pilihan Nada Dasar untuk nyanyian bersama umat, hendaknya diselaraskan dengan kemampuan umat. Bukan diselarakan pada kehebatan paduan suara yang bisa mencapai nada-nada yang cukup tinggi, sehingga umat yang pada mulanya ingin ikut bernyanyi malah malas berpartisipasi karena terlalu tinggi. Perlu diingat suara umat kebanyakan dengan NADA Dasar 1= C , nada terendah adalah 6 (LA - bawah) dan nada tertinggi 2 ( RE tinggi ). Dalam contoh lagu ; mis PS 542 dengan nada dasar 1 = D, lagu PS 347 1 = D; lagu PS 330 dengan nada dasar 1= F, atau G).
Perlunya Persiapan Sebelum Pelayanan Paduan Suara dalam Misa. Akhir-akhir ini sudah mulai banyak, anggota paduan suara yang sudah berkumpul di aula atau balai paroki, atau suatu ruang untuk latihan pemanasan satu jam sebelum perayaan. Bagi koor yang belum terbiasa , hal ini kesannya membuang waktu, atau bahkan terkesan aneh-aneh saja. Namun bila dilakukan persiapan yang baik, untuk pemanasan, latihan vokal, latihan dengan organis, pemazmur, latihan beberapa lagu yang dianggap agak sulit, akan membuat paduan suara / koor lebih siap untuk melayani. Dan bahkan 15 menit sebelum perayaan misa, PS / koor sudah berada di dalam gereja untuk berdoa, atau melatih lagu baru / mazmur bersama umat, termasuk koordinasi dengan romo yangakan memimpin misa tentang lagu-lagu yang akan dibawakan. Kalau tidak mampu secara kompak satu jam sebelumnya, mungkin bisa dicoba 30 atau 45 menit sebelum misa sudah kumpul. Sehingga pelan-pelan kita menghindari kebiasaan buruk : anggota koor / PS datang 2 - 5 menit sebelum misa, atau bahkan tepat lonceng gereja dibunyikan, malahan masih ada yang baru masuk. Semoga ini tidak terjadi lagi. Dengan persiapan yang cukup, kita akan merasa lebih siap untuk melayani Tuhan, siap melayani umat dan pastor, siap mengikuti pestanya Tuhan Kita. SEMOGA.
Bagi PS / Koor yang sudah melakukan hal-hal di atas : Teruskan dan Tingkatkan !!!!! ; dan bagi yang belum Selamat Mencoba, Niscaya Liturgi Gereja Kita akan lebih Hidup, bersemangat, Khidmat dan Agung.
SELAMAT MELAYANI . TUHAN MEMBERKATI KITA.
-------------------$$$$$$$$$-------------------
Yulius Kristanto, S.S.
(Koordinator Bidang Musik Liturgi
Komisi Liturgi Keuskupan Surabaya)
031- 5949036 ; 031 – 60238107 ; 081-653 1917
( email : yuliuskristantomulit@yahoo.co.id )
Disarikan dari buku berikut (dianjurkan untuk dimiliki para pelayan musik liturgi)
Komisi Liturgi KWI. Sacramentum Caritatis. Jakarta. 2007.
Martasudjito & Kristanto. Panduan Memilih Nyanyian Liturgi. Yogya. Kanisius. 2007.
Suryanugraha, CH.Lakukanlah Ini. Bandung. Sang Kristus. 2007.
Para Dirigen dan Kelompok Paduan Suara
PUMR 53 Melarang teks Kemuliaan tradisional diganti dengan teks apa pun. Hal ini merupakan upaya gereja untuk mempertahankan kekayaan musik dari masa ke masa., melestarikan tradisi Romawi. Teks tradisional ini, sudah ada sejak abad II. (lihat. Lagu Kemuliaan pada Misa Raya, Misa Lauda Sion, Misa Kita II, Misa Kita IV, Misa Menado, Misa Sunda, Misa Te Deum, Misa De Angelis, dan beberapa yang lain. Sehingga Ordinarium untuk Misa Senja, Misa Syukur, Misa Dolo-Dolo pada bagian Kemuliaan-nya tidak diperkenankan dinyanyikan menggantikan ritus Kemuliaan. Lagu Kami Memuji, Pujilah Tuhan tetap boleh dinyanyikan misalnya untuk Pesta Tritunggal Maha Kudus. (lht Bk. Lakukanlah Ini, hal.38)
Doa Bapa Kami atau lagu Bapa Kami, diharapkan mengambil teks doa yang resmi (seperti TPE 2005), tanpa diakhiri kata AMIN. Kalau dinyanyikan, irama yang cocok adalah yang bernada meditatif, seolah mengajak untuk merenungkan setiap kata dan kalimat dari doa itu. (lht. Bk. Lakukanlah Ini, hal. 108-110). Contoh kesalahan ini ada pada lagu Bapa Kami Piliphina. Sebenarnya ungkapan Amin merupakan tanggapan atas doa atau pernyataan yang dibawakan oleh pemimpin ibadat. Maka jika doa itu dinyatakan secara bersama-sama, ungkapan Amin tidak diperlakukan dengan semestinya.
Aklamasi, Prefasi dll, (nyanyian yang merupakan dialog dengan Imam) jawaban umat hendaknya tetap dikomando oleh dirigen dengan penuh semangat, agak cepat sedikit dari biasanya yang rata-rata di gereja agak melambat. Organis juga hendaknya mengiringi di bagian jawabannya saja. Apalagi jawaban umat untuk kata Amin, hendaknya dirigen dan koor memelopori jawaban tersebut dengan penuh semangat, sehingga mendorong umat untuk menjawab dengan tegas, tanpa kesan saling menunggu. (lihat TPE. Hal 12, 20, dst)
_
5 5 6 atau 1 1
A-min A - min
Actuosa Participatio ; (partisipasi aktif umat), hendaknya paduan suara ikut mendorong partisipasi secara aktif umat baik dalam bernyanyi dan berdoa. Pilihan lagu untuk ibadat juga akan sangat mempengaruhi keaktivan umat. Harus dihindari kesan umat hanya jadi penonton dalam perayaan ekaristi kudus. Memang tidak setiap lagu baik propium atau ordinarium, umat harus terlibat bernyanyi semua. Namun dengan adanya partisipasi umat dalam bernyanyi secara menyeluruh akan membuat suasana ibadat semakin lebih meriah, dan mengesankan. Bahkan apabila diperlukan ada lagu-lagu yang umat perlu bernyanyi, dan umat belum begitu mengenal lagu tersebut, maka perlulah dilatihkan dahulu 10 menit sebelum perayaan ekaristi dimulai.
Lagu ANAMNESE (lihat TPE hal. 52) dengan syair: Wafat Kristus kita maklumkan dst. Lagu anamnese ini tanpa AMIN, maka dirigen, koor, dan organis harus mempelopori agar umat tidak sampai menuju kata AMIN, dengan cara memperlambat kata / k i t a r i n d u k a n / (rit…., dengan agak melembut).
Lagu ANAMNESE 5 (lihat TPE hal. 54) Tuhan, Engkau telah wafat dst. Dalam prakteknya justru kata sudah wafat. Hendaknya dirigen dan koor mulai juga melatihkan kata telah wafat. (meski artinya sebenarnya sama, tapi kata Telah, lebih berkesan menghaluskan daripada kata sudah, coba bandingkan dan bacakan dalam hati : Sudah meninggal dengan tenang …., dan Telah meninggal dengan tenang….)
Lagu Komuni, paduan suara hendaknya menyanyikan lagu yang bertema ungkapan sukacita persekutuan dengan tubuh dan darah Kristus, atau instrumentalia dimainkan oleh organis yang bisa menciptakan suasana DOA bagi umat secara pribadi, sehingga suasana yang tercipta adalah tenang, damai dan tetap khidmat. Hindari lagu yang terkesan ramai yang bisa memancing umat untuk tepuk tangan secara spontan. Kalau perlu setelah Komuni, ada waktu yang cukup untuk mengajak umat menyanyikan madah syukur yang tematis
Nyanyian Maria sebaiknya tidak digunakan dalam perayaan Ekaristi, karena tema nyanyian harus sesuai dengan tema yang sesuai dengan bacaan-bacaan hari itu. Mis. Lagu Maria tidak bisa menggantikan lagu Persembahan. Nyanyian Devosional (Maria) dapat dinyanyikan pada misa khusus dan pada bagian-bagian tertentu
Pilihan Nada Dasar untuk nyanyian bersama umat, hendaknya diselaraskan dengan kemampuan umat. Bukan diselarakan pada kehebatan paduan suara yang bisa mencapai nada-nada yang cukup tinggi, sehingga umat yang pada mulanya ingin ikut bernyanyi malah malas berpartisipasi karena terlalu tinggi. Perlu diingat suara umat kebanyakan dengan NADA Dasar 1= C , nada terendah adalah 6 (LA - bawah) dan nada tertinggi 2 ( RE tinggi ). Dalam contoh lagu ; mis PS 542 dengan nada dasar 1 = D, lagu PS 347 1 = D; lagu PS 330 dengan nada dasar 1= F, atau G).
Perlunya Persiapan Sebelum Pelayanan Paduan Suara dalam Misa. Akhir-akhir ini sudah mulai banyak, anggota paduan suara yang sudah berkumpul di aula atau balai paroki, atau suatu ruang untuk latihan pemanasan satu jam sebelum perayaan. Bagi koor yang belum terbiasa , hal ini kesannya membuang waktu, atau bahkan terkesan aneh-aneh saja. Namun bila dilakukan persiapan yang baik, untuk pemanasan, latihan vokal, latihan dengan organis, pemazmur, latihan beberapa lagu yang dianggap agak sulit, akan membuat paduan suara / koor lebih siap untuk melayani. Dan bahkan 15 menit sebelum perayaan misa, PS / koor sudah berada di dalam gereja untuk berdoa, atau melatih lagu baru / mazmur bersama umat, termasuk koordinasi dengan romo yangakan memimpin misa tentang lagu-lagu yang akan dibawakan. Kalau tidak mampu secara kompak satu jam sebelumnya, mungkin bisa dicoba 30 atau 45 menit sebelum misa sudah kumpul. Sehingga pelan-pelan kita menghindari kebiasaan buruk : anggota koor / PS datang 2 - 5 menit sebelum misa, atau bahkan tepat lonceng gereja dibunyikan, malahan masih ada yang baru masuk. Semoga ini tidak terjadi lagi. Dengan persiapan yang cukup, kita akan merasa lebih siap untuk melayani Tuhan, siap melayani umat dan pastor, siap mengikuti pestanya Tuhan Kita. SEMOGA.
Bagi PS / Koor yang sudah melakukan hal-hal di atas : Teruskan dan Tingkatkan !!!!! ; dan bagi yang belum Selamat Mencoba, Niscaya Liturgi Gereja Kita akan lebih Hidup, bersemangat, Khidmat dan Agung.
SELAMAT MELAYANI . TUHAN MEMBERKATI KITA.
-------------------$$$$$$$$$-------------------
Yulius Kristanto, S.S.
(Koordinator Bidang Musik Liturgi
Komisi Liturgi Keuskupan Surabaya)
031- 5949036 ; 031 – 60238107 ; 081-653 1917
( email : yuliuskristantomulit@yahoo.co.id )
Disarikan dari buku berikut (dianjurkan untuk dimiliki para pelayan musik liturgi)
Komisi Liturgi KWI. Sacramentum Caritatis. Jakarta. 2007.
Martasudjito & Kristanto. Panduan Memilih Nyanyian Liturgi. Yogya. Kanisius. 2007.
Suryanugraha, CH.Lakukanlah Ini. Bandung. Sang Kristus. 2007.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar